Kabupaten Raja Ampat adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua Barat, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Waisai.
Kabupaten ini memiliki 610 pulau. Empat di antaranya, yakni Pulau Misool, Salawati, Batanta dan Waigeo, merupakan pulau-pulau besar. Dari seluruh pulau hanya 35 pulau yang berpenghuni sedangkan pulau lainnya tidak berpenghuni dan sebagian besar belum memiliki nama.
Sebagai daerah kepulauan, satu-satunya transportasi antar pulau dan penunjang kegiatan masyarakat Raja Ampat adalah angkutan laut. Demikian juga untuk menjangkau Waisai, ibu kota kabupaten. Bila menggunakan pesawat udara, lebih dulu menuju Kota Sorong. Setelah itu, dari Sorong perjalanan ke Waisai dilanjutkan dengan transportasi laut. Sarana yang tersedia adalah kapal cepat berkapasitas 10, 15 atau 30 orang. Dengan biaya sekitar Rp. 2 juta, Waisai dapat dijangkau dalam waktu 1,5 hingga 2 jam.
Berdasarkan sejarah, di Kepulauan Raja Ampat terdapat empat kerajaan tradisional, masing-masing adalah kerajaan Waigeo, dengan pusat kekuasaannya di Wewayai, pulau Waigeo; kerajaan Salawati, dengan pusat kekuasaan di Samate, pulau Salawati Utara; kerajaan Sailolof dengan pusat kekuasaan di Sailolof, pulau Salawati Selatan, dan kerajaan Misol, dengan pusat kekuasaan di Lilinta, pulau Misol.
Penguasa Kerajaan Lilinta/Misol (sejak abad ke-16 bawahan kerajaan Bacan). (wikipedia.com)
Eksotis
Papua Diving, satu-satunya resor eksotis yang menawarkan
wisata bawah laut di kawasan itu, didatangi turis-turis penggemar selam yang
betah selama berhari-hari bahkan hingga sebulan penuh mengarungi lekuk-lekuk
dasar laut. Mereka seakan tak ingin kembali ke negeri masing-masing karena
sudah mendapatkan “pulau surga yang tak ada duanya di bumi ini”.
Pengelolanya tak gampang mempersiapkan tempat bagi wisatawan.
Maximillian J Ammer, warga negara Belanda pemilik Papua Diving Resort yang juga
pionir penggerak wisata laut kawasan ini, harus mati-matian menyiapkan berbagai
fasilitas untuk menarik turis dari mancanegara. Sejak memulai usahanya delapan
tahun lalu, banyak dana harus dikeluarkan. Namun, hasilnya juga memuaskan.
Setiap tahun resor ini dikunjungi minimal 600 turis spesial yang menghabiskan
waktu rata-rata dua pekan.
Penginapan sangat sederhana yang hanya berdinding serta
beratap anyaman daun kelapa itu bertarif minimal 75 euro atau Rp 900.000
semalam. Jika ingin menyelam harus membayar 30 euro atau sekitar Rp 360.000
sekali menyelam pada satu lokasi tertentu. Kebanyakan wisatawan datang dari
Eropa. Hanya beberapa wisatawan asal Indonesia yang menginap dan menyelam di
sana.
“Turis menyelam hampir setiap hari karena lokasi penyelaman
sangat luas dan beragam. Keindahan terumbu karangnya memang bervariasi sehingga
banyak pilihan dan mengundang penasaran. Ada turis yang sudah berusia 80 tahun
masih kuat menyelam,” tutur Max Ammer yang beristrikan perempuan Manado.
Tiga tahun lalu, Papua Diving membangun penginapan modern tak
jauh dari lokasi pertama. Ternyata, penginapan yang dibangun dengan
mengandalkan bahan bangunan lokal ini hampir selalu penuh dipesan. Padahal
tarifnya mencapai 225 euro atau sekitar Rp 2,7 juta per malam. Di lokasi yang
baru, dilengkapi peralatan modern, termasuk fasilitas telepon internasional dan
internet.
Turis ke Raja Ampat hanya ingin ke Papua Diving di Pulau
Mansuar karena fasilitas dan pelayannya sudah berstandar internasional, juga
makanannya. Mereka mendarat di Bandara Domne Eduard Osok, Sorong, langsung
menuju lokasi dengan kapal cepat berkapasitas sekitar 10 orang yang tarifnya Rp
3,2 juta sekali jalan. Perlu waktu sekitar 3-4 jam untuk mencapai Mansuar.
Seperti pulau lainnya, Mansuar tampak asri karena hutannya
masih terjaga dan air lautnya pun bersih sehingga biota laut yang tidak jauh
dari permukaan bisa terlihat jelas. Turis cukup berenang atau ber-snorkelling
untuk melihat keindahan laut, sedangkan jika ingin mengamati langsung
kecantikan biota laut di kedalaman, mereka harus menyelam.
Sebanyak
610 Pulau
Raja
Ampat adalah pecahan Kabupaten Sorong, sejak 2003. Kabupaten berpenduduk 31.000
jiwa ini memiliki 610 pulau (hanya 35 pulau yang dihuni) dengan luas wilayah
sekitar 46.000 km2, namun hanya 6.000 km2 berupa daratan, 40.000 km2 lagi
lautan. Pulau-pulau yang belum terjamah dan lautnya yang masih asri membuat
wisatawan langsung terpikat. Mereka seakan ingin menjelajahi seluruh perairan
di “Kepala Burung” Pulau Papua.
Wilayah
ini sempat menjadi incaran para pemburu ikan karang dengan cara mengebom dan
menebar racun sianida. Namun, masih banyak penduduk yang berupaya melindungi
kawasan itu sehingga kekayaan lautnya bisa diselamatkan. Terumbu karang di laut
Raja Ampat dinilai terlengkap di dunia. Dari 537 jenis karang dunia, 75
persennya berada di perairan ini. Ditemukan pula 1.104 jenis ikan, 669 jenis
moluska (hewan lunak), dan 537 jenis hewan karang. Luar biasa.
Bank
Dunia bekerja sama dengan lembaga lingkungan global menetapkan Raja Ampat
sebagai salah satu wilayah di Indonesia Timur yang mendapat bantuan Coral Reef
Rehabilitation and Management Program (Coremap) II, sejak 2005. Di Raja Ampat,
program ini mencakup 17 kampung dan melibatkan penduduk lokal. Nelayan juga
dilatih membudidayakan ikan kerapu dan rumput laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar